Minggu, 16 Juni 2013

Menjelang Pil Gub Menggelora



IRAMA MUSIK POLITIK MENGGELEGAR DIPROVINSI LAMPUNG



Angin demokrasi terhembus kembali setelah sekian lama tak terasa tiupan merdua suaranya. Lima tahun berlalu nampak lampung telah menemui titik terakhir jabatan pemimpinnya, sorak suara mencerita dan gemuruh kibar bendera beragam warna tak sulit ditemui dari pelosok daerah desa sampai titik sentral kota, para pendukung dan pengusung mulai mewarnai hiruk pikuk kehidupan bumi lampung ini. 
Setelah hari berubah bulan dan berganti tahun terlihat   pembangunan di sana-sini sebagai bukti eksistensi, walau tak sememuaskan konsumen demokrasi. Namun mau diapakan lagi demokrasi politik rakyat hanya bergelora dalam konteks pemilihan dan terkungkung setelahnya, hak-hak yang berkelanjutan seakan terabaikan oleh konsep-konsep inkonstitusional seperti pragmatisme. 
Tak jarang lantunan hujat dan teriakan lara menyembur mengiringi suara-suara rakyat atas ketidak berdayaannya dalam penyikapan. Kekuasaan king in the community dan merupakan power of life dalam kehidupan social public dan social politik. Derita mendera,
luka melara, tangis merintih dan kesulitan hidup yang makin menjepit dari segala sisi. Diamana janji kesejahteraan itu, dimana janji kedamaian itu, dimana janji kemanan itu, diamana segala janji terumbar yang disaksikan oleh terik panas mentari, rumput-rumput berdiri, angin ribut yang silih berganti,..?

Namun kini harapan baru terbuka, bendera demokrasi berkibar kembali meski tak pernah ada yang tau sebertahan apakah bendera itu akan berkibar, ataukah akan hilang dalam putaran roda waktu..?? atau kah musnah oleh kikisan ambisi dan egoisme. Lampung ku mintalah kepada Tuhan mu agar pada kesempatan ini engkau dikirimkan sosok pejuang dalam pundak kepemimpinanmu. Lampungku Mintalah kepada Tuhanmu bahwa sesunggunya yang kau butuhkan adalah pejuang bukan penguasa.

Ali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar